gerimis

Gerimis turun begitu manis. Membawa pagi serasa berjalan begitu pelan. Membuatku hanya ingin bergelung di atas sofa seharian, ditemani secangkir cokelat juga kaus kaki yang melekat hangat.

Aku masih ingat. Sepasang mata itu. Aku masih ingat. Sentuhan yang menguatkan itu.

Perjalanan ini membawa aku dan kamu berputar lama terlalu. Mencari arah pada tuju yang semoga satu. Sering aku lupa kamu datang dari gugus bintang yang berbeda. Jadi sulit bagiku mengerti aku tak salah mengarti.

Lalu dalam hujan, biar kutetesi namamu dengan rindu. Mungkin akan juga melaju perahu kertas berisi hati itu.

Dan ketika cangkir berisi cokelatku habis sudah, inspirasi boleh tak punah. Jari-jemari bergeraklah kembali. Menulis cerita tentang kamu (lagi). Atau tentang bintang yang jatuh. Atau tentang cinta yang jauh.

Aku tahu sepasang mata itu. Iya aku memang rindu. Aku tahu sentuhan yang menguatkan itu. Iya memang aku  rindu. Tapi aku tak tahu kata apa yang paling rindu. Jadi biar saja hati terbelenggu.

Aku akan satu kali lagi menemukanmu. Satu kali lagi menatap sepasang mata itu. Aku akan ingin tertawa, tapi lalu tak sanggup juga menahan air mata.

Aku hanya tahu gerimis juga akan pasti berhenti. Seperti juga pagi yang bergerak pergi. Aku juga kamu akan berjalan, lagi.

2 thoughts on “gerimis

Leave a comment